Halaman

Sabtu, 26 Oktober 2013

Resensi Buku "Berjalan di Atas Cahaya Kisah 99 Cahaya di Langit Eropa" Karya Hanum Salsabiela Rais, dkk.

Saya tak akan heran jika ketika kamu membaca buku ini, seluruh tubuhmu merinding dan hatimu bergetar. Sebab memang ini adalah buku yang keren. Dengan kisah-kisah yang sangat nyata, bukan rekaan untuk kepentingan dramatis. Memang begitulah ceritanya.

Buku yang diterbitkan oleh Gramedia ini telah naik cetak ulang tiap bulan sejak pertama kali diterbitkan pada bulan Maret 2013 (yang saya baca adalah cetakan keempat bulan Juli 2013). Jujur, ketika pertama kali saya melihatnya terongok dengan manisnya di Gramedia Margonda Depok, yang menarik hati adalah catatan K.H. Yusuf Mansur tentang buku ini. Terpampang di cover depan, beliau menulis: 
"Seru! Jalan-jalan ke Eropa dan dapat kisah insfiratif  'hanya' seharga buku ini. Beneran!"


Dan sejak lama saya sangat mendamba ingin menuntut ilmu di Eropa (Sejak kuliah tingkat satu). Maka tulisan Yusuf Mansur sangat mengena, membuat saya tak berpikirpanjang langsung membeli buku ini. Terbukti memang saya sangat beruntung membelinya.

Ada 21 cerita nyata tentang pengalaman wanita muslim Indonesia yang sangat mengispirasi. Diawali dengan misi penulis yang diharuskan membuat sebuah liputan tentang kehidupan muslim di Eropa. Misi tersebut bisa disebut sebagai misi yang tak mungkin karena hanya dengan biaya USD 3.000, dia harus hidup di Eropa selama 18 hari dengan dua temannya. Namun misi itu menjadi mungkin karena penulis punya beberapa kenalan yang dengan baik hati mau menerimanya dan memberikan penginapan gratis selama di Eropa.

Setiap saya selesai membaca satu kisah dalam buku ini, selalu menyisakan hati yang tergetar dan pikiran untuk menjelajahi kampung Eropa secara langsung. yang paling membuat merinding adalah cerita Tutie Amaliah yang berjudul "Karena Saya Tak Gaul". 

Diceritakan penulis bahwa dia sedang menjalani study MBA paruh waktu di sebuah kota di Austria. Namun karena selain kuliah dia juga harus mengurus kedua anak dan suaminya. Maka dia harus mengeluarkan tenaga ekstra yang mengakibatkan dia terpaksa untuk mengesampingkan pilihan bergaul dengan teman-teman kuliahnya. Pada saat break kuliah dia manfaatkan untuk menjamak shalat dan memompa asi (Penulis saat itu masih menyusui anaknya yang berusia 7 bulan). Maka tidak ada lagi waktu senggang untuk sekedar ngobrol-ngobrol dengan teman kuliahnya. Namun, hal itu menjadi penyebab dia dikucilkan oleh lingkungan kelasnya, bahkan suatu saat ketika dia kembali setelah selesai shalat dari kejauhan dia mendengar teman-teman kuliahnya sedang membicarakan dirinya. Seperti ini:

"Aku tidak mau sekelompok dengannya. Dia orang aneh, dia sibuk memuja dan berdoa. Dia orang Islam. Islam or His-Slam (Penjara-Nya). Kemudian semua orang yang mendengarkan tertawa terbahak-bahak. Penulis hanya bisa menangis tersedu-sedan, terisak-isak dan menangis berderai-derai. 

Namun di akhir cerita, akhirnya dia dapat membuktikan kepada semua temannya bahwa dia tidak pantas untuk diremehkan. Dia menjadi lulusan terbaik di angkatannya dan dia berhak untuk berbicara di depan podium pada hari wisuda!

Itulah salah satu cerita  dari sekian banyak cerita yang tidak kalah menggetarkan. So, jangan tunggu lagi. Silahkan baca dan maknai buku ini segera. 

Depok, 27 Oktober 2013

5 komentar:

gresiana mengatakan...

keren b nita...blh pinjem g?he...

gresiana mengatakan...

subhanallah...saya sering mendengarkan kisah nyata pengorbanan n kehebatan wanita...saya kadang merasa lebih "beruntung" karna saya yakin Allah memilihkan jalan yg trbaik untukku..salut dg crita d buku itu...karna tdk smua wanita bs melaluiny...optimis y b nita...insyaallah b nita bs...jgn lupakan permata asri kl sdh sukses y...kira2 kiki msh inget ifta stlh 2th g brtemu y..he...

gresi mengatakan...

bagus ih..blh pinjemkah???

grespercik mengatakan...

ih..bagus b nita...blh pinjemkah?

Anita Rohani mengatakan...

Alhamdulillah... Amiiin... Makasih doanya umi.. semoga umi gres juga dapat meraih apa yg dicita-citakan. Ga mungkin lupa sama permata asri mah karena itu rumah kita, semua yg ada di permata asri sudah seperti keluarga bagi saya mi...