Halaman

Sabtu, 27 Juni 2015

Lima Hari di Belitong

RAKER DI ANYER ^_^

Jika kau ingin melihat para guru shokat berubah menjadi kalap dan tak terkendali, maka kau harus datang di dua moment ini: Pembagian THR dan Raker di Anyer.

Tanggal 12 Juni 2015 yang telah lalu, sebuah bis melaju dengan santai namun pasti menuju sebuah Villa di pantai Anyer. KEadaan di dalam bis riuh rendah, terdengar suara ibu-ibu yang berceloteh tentang apa saja mengalahkan suara dengkuran Bu Puji yang dalam hitungan kesepuluh sejak bis berangkat, dia berangkat pula menuju alam mimpi. Maklum, Bu Puji, Pa Kecuk dan Pak Sapto malam sebelumnya menginap di sekolah untuk menemani anak-anak paskibra yang tengah pelantikan.

Ketika sampai di Villa, hal pertama yang menjadi kesan adalah villa-nya sangat bagus. Berbatasan langsung dengan pantai pasir putih sirih membuat penghuni villa bisa keluar masuk dengan bebas menuju pantai. Tidak seperti orang lain yang harus merogoh kocek sebesar Rp. 50.000,- sekali masuk.

Dan disinilah semuanya bermula. Karena bertepatan dengan waktu makan siang maka setelah menaruh barang-barang kami di villa, kami naik bis kembali menuju restoran BM. Sampai saat ini singkatan BM ini masih menjadi misteri, pernah Pa Sapto dengan kenarsisan tingkat tinggi menafsirkan BM sebagai singkatan dari BudiMaiyono. Namun seperti yang anda duga, tidak ada yang percaya.

Kamis, 04 Juni 2015

SI TUKANG NGASIH PELAJARAN

Pagi hari, ketika terdengar suara lengkingan dengan pitch yang tidak terkontrol dan suara itu memanjang menyerupai gelombang longitudinal berisikan kata-kata sapaan dalam bahasa Sunda seperti..
"Gustiiiiii... Na kunaon meja sayah acak-acakan kieu?"
Atau
"Tinaah....Ieu oleh-oleh ti sayah! Ulah menta deui nya!"
Maka, selamat anda sudah tiba di ruang guru shokat! Pagi hari adalah saat yang tepat bagi kami untuk saling menyapa, saling bersalaman, saling memuji dandanan atau bahkan saling berdebat mengenai suatu hal yang tidak penting. Tapi itulah cara kami (sekali lagi) mengawali hari, menyiapkan diri untuk tampil sempurna di depan siswa-siswi kami.

Sementara itu di pos satpam, mulai terjadi perbincangan seru mengenai batu akik apa yang sedang naik jari (itu merupakan pribahasa khusus bikinanku sendiri yang maknanya sama dengan naik daun). Tentu saja imam besar batu akik adalah supir kepsek nan setia yaitu Bapak Tamrin Solehudin (Nama belakang saya tambahkan untuk tujuan dramatisasi cerita)

Senin, 01 Juni 2015

BERSENANG-SENANG DENGAN KATA PADA WORKSHOP CERPEN KOMPAS 2015


Berfoto bersama Putu Wijaya

Ketika suatu pagi sambil mengunyah roti ku buka beranda facebook-ku, aku melihat sebuah pengumuman pelatihan cerpen kompas dari akun Mang Matdon. Mataku langsung berbinar seperti seorang perawan tua yang melihat bayi kecil tepat di matanya. Sudah lama aku menginginkan ini, sebuah pelatihan menulis cerpen. Selama ini dunia literasiku baru sebatas menulis carita pondok atau cerpen dalam bahasa Sunda dan dimuat di majalah Mangle. Ingin aku merambah ke dunia menulis cerpen dalam bahasa Indonesia, namun aku tidak punya cukup bekal. Tanpa berpikir panjang aku-pun mengirim dua buah cerpen yang pernah ku tulis tuntas. Yeah, kedua cerpen ini pernah dimuat di My Document. Hehe.