Halaman

Senin, 01 Juni 2015

BERSENANG-SENANG DENGAN KATA PADA WORKSHOP CERPEN KOMPAS 2015


Berfoto bersama Putu Wijaya

Ketika suatu pagi sambil mengunyah roti ku buka beranda facebook-ku, aku melihat sebuah pengumuman pelatihan cerpen kompas dari akun Mang Matdon. Mataku langsung berbinar seperti seorang perawan tua yang melihat bayi kecil tepat di matanya. Sudah lama aku menginginkan ini, sebuah pelatihan menulis cerpen. Selama ini dunia literasiku baru sebatas menulis carita pondok atau cerpen dalam bahasa Sunda dan dimuat di majalah Mangle. Ingin aku merambah ke dunia menulis cerpen dalam bahasa Indonesia, namun aku tidak punya cukup bekal. Tanpa berpikir panjang aku-pun mengirim dua buah cerpen yang pernah ku tulis tuntas. Yeah, kedua cerpen ini pernah dimuat di My Document. Hehe.



Jujur, aku menantikan pengumuman peserta yang lolos seleksi.Karena hanya dipilih 30 orang saja yang berhak menjadi peserta. Diam-diam aku menanyakannya pada Mang Matdon. Saat itu dia membalas bahwa lolos tidaknya diputuskan oleh Kompas.

ketika aku sudah melupakannya, barulah muncul sebuah  email yang membuat rongga dadaku tiba-tiba menjadi sesak. Ini dia isi emailnya:


Horaaay...! Namaku menjadi salah satu yang lolos! aku pun sontak langsung bersorak tiga kali. Hip hip horay 3x. Email tersebut langsung aku forward pada Kang Adit. Biar dia tahu aku sekeren dia. hehehe.

Tanggal 25 Mei dengan semangat menggebu aku melangkahkan kaki ke Bandung. Ternyata pembicaranya adalah dua orang hebat Putu Wijaya dan Ahda Imran. Dua-duanya wartawan sekaligus penulis sastra. Ada juga Putu Fajar Arcana sebagai perwakilan dari kompas. Tiga orang ini. Mereka memberikan berbagai ilmu yang berusaha keras aku rekam dalam otak, karena semuanya keluar dari berbagai macam eksperimennya pribadi dalam menulis. Pendeknya, aku merasa seperti baterai yang di-recharge. Tips-tips menulis cerpen yang mereka sampaikan tidak berbelat belit, tidak berbasa-basi, tidak teoritis. Semuanya langsung berdasarkan fakta-fakta. Baru pertama kali aku sungguh-sungguh tertarik dalam sebuah pelatihan.

Di tengah hari, kami semua berpencar di sekitar Bandung untuk melakukan observasi lapangan. Saat itu aku sekolompok dengan orang-orang seru ^_^ diantaranya: Angelina Enny, dia benar-benar seorang petualang! Senang naik gunung, terakhir dia menapakan kakinya di Semeru. Dan dia mengajakku untuk naik Merbabu di bulan Agustus! Enny, semoga kita sukses melakukannya. Nesya teman keduaku, dia adalah seorang mahasiswi Sastra Inggris di UIN Bandung, dan dia sangat manis, kawan! Enang adalah kawan kelompokku yang ketiga, beliau merupakan peserta paling dewasa (Aku perhalus, karena Pak Putu Arcana selalu menyebutnya paling tua. Haduuh, kejamnya) ternyata kawan, beliau sudah menulis 20 judul buku! Jadi, mengapa dia masih mengikuti pelatihan menulis ini? dengan rendah hati beliau menjawab bahwa beliau masih penasaran dengan penulisan cerpen, karena selama ini dia hanya bisa menulis novel saja! (terakhir dia sedang menyusun novel trilogi tokoh pahlawan nasional). Dan terakhir Ferry, teman yang kami tumpangi untuk berkeliling Bandung, karena dia membawa kendaraan ke tempat pelatihan. Dia keren kawan, seorang muda berusia 27 dan sudah menjadi dosen muda di ITB! How cool! Inilah foto kami bertiga di lokasi observasi, Alun-alun Bandung!











Aku, Enny dan Nesya hanya punya nyali untuk mewawancarai anak SD. Hahaha



Ketika kembali ke kelas, kami semua diperintahkan untuk menuangkan hasil observasi  lapangan ke dalam dua alinea sebagai pembuka sebuah cerpen. Ketika dibacakan, ada seseorang yang menurutku telah menuliskan pembukaan cerpen yang sangat bagus. Namun, Putu Wijaya mengomentarinya pendek "Tidak menarik!" Ahda Imran pun mengomentari hal yang sama. Hatiku mulai ciut, aku takut tulisanku juga di cemooh dengan kata-kata yang sama.

Tibalah saat aku mebacakan dua alinea tulisanku, selama membacanya tak berani aku menatap Putu Wijaya ataupun Ahda Imran. Aku bacakan saja sampai tuntas, ketika mengangkat wajah dari layar laptop, aku siapkan mental untuk dicecar membabibuta. Namun tak dinyana, komentar Putu Wijaya membuatku melayang dan tersanjung. Begini katanya: "Ini baru pembukaan cerita yang menyengat, betapa romantis, sedikit bergincu namun pas. Saya ingin mendengar keseluruhan cerita ini. Dan jika saya masih muda, seperti angin berhembus saya akan mengikuti kemana anda pergi. Tak bosan saya melihat wajah anda. Saya tertarik, saya suka!" Dan jadilah tulisanku salah satu cerita terbaik dalam workhop penulisan cerpen Kompas.
 
Saat menerima hadiah sebagai penulis cerita terbaik dan penanya terbaik.

Kawan, jika kalian penasaran apa yang aku tulis. Inilah pembukaan cerita yang aku bacakan di depan Putu Wijaya:
RUANG
Anita Rohani

Jika ada orang bertanya, seberapa dekat rumahku dengan rumahnya? Akan ku jelaskan bahwa jika aku duduk di depan rumahku dan dia pun duduk di depan rumahnya, lutut kami akan bertemu. Sedangkan secara tehnis ruang diantara rumah kami disebut sebagai gang. Gang Haji Umar. Setiap pagi, tanpa diduga orang-orang akan muncul dari sudut-sudut gang kecil kami menuju tempat kerjanya masing-masing. Menghasilkan debu-debu yang bercampur bau kotoran tikus dan juga bau dahak manusia yang tak sengaja terinjak pejalan kaki.
Jika aku membuka pintu rumahku dan kebetulan pintu rumah tetanggaku sedang terbuka, akan langsung terlihat jelas ruang tamu sekaligus ruang menonton TV, dapur dan kamarnya secara bersamaan. Termasuk jika dia tengah berasyik-masyuk bersama istrinya, tentu yang terlihat cuma pergulatan kaki-kaki telanjang mereka dengan tambahan bonus berupa suara erangan seperti orang yang sedang sakit meriang. Yang terakhir ini lebih sering terlihat dan terdengar ketika musim kemarau tiba.


Begitulah ceritaku mengenai pelatihan cerpen kompas ini, jujur aku sangat bersenang-senang dengan kata. Aku jatuh cinta pada kata, di Workshop Penulisan Cerita Pendek Kompas! 

see u again!